Tangisku kau nanti
Kanakku kau temani
Remajaku kau cintai
Dewasa pun tetap di hati
Sakitku kau obati
Lukaku kau baluti
Duka pun tetap disini
Demi bahagiakan buah hati
Jalan berliku kau lalui
Meski peluh mengiringi
Ikhtiar tiada henti
Melangkah dengan pasti
Kesana kemari
Kau mengais rezeki
Tanpa kenal pamrih
Demi hidupku yg berarti
Sosokmu tak akan terganti
Lelaki pertama yg kucintai
Meski bukan yg terakhir kali
Meski takdir akan menyudahi
Ayah... kau ku sayangi
Untukmu aku menjaga diri
Agar surga untukmu nanti
Syukron jazakallahu khoyr abi
With ❤️
Makassar, 1 Desember 2019
Minggu, 01 Desember 2019
MATAHARIKU
Dari ufuk timur kau menyapa
Menebarkan cahaya jingga
Fajar menyingsing jadi pertanda
kehangatan akan segera tiba
Aku disini layaknya bunga
Menunggu secercah cahaya
Untuk tumbuh menjadi indah
Bermekaran di taman pecinta
Satu, dua, tiga...
Seirama meski tak sama
Bukan karena purnama
Lantas harus terpisah
Tidak!
Semesta mendukung kita
Selagi rasa untuk Sang pencipta
Makassar, 1 Desember 2019
Menebarkan cahaya jingga
Fajar menyingsing jadi pertanda
kehangatan akan segera tiba
Aku disini layaknya bunga
Menunggu secercah cahaya
Untuk tumbuh menjadi indah
Bermekaran di taman pecinta
Satu, dua, tiga...
Seirama meski tak sama
Bukan karena purnama
Lantas harus terpisah
Tidak!
Semesta mendukung kita
Selagi rasa untuk Sang pencipta
Makassar, 1 Desember 2019
Rabu, 21 Agustus 2019
Tentang Luka
Sepi ku tutup mata
Sedih ku titip doa
Susah sudah biasa
Selalu ada Allah di setiap masalah
Sekarang? Bersyukur adalah obatnya.
Keep istiqomah jiwa... Yakin, kamu bisa!
*Makassar, 22 Agustus 2019
Di atas mahligai cintaNya 💕
Kamis, 23 Mei 2019
Jangan Egois Dalam Berdoa
Cuman mau bilang... Hidup ini bukan milikmu saja, kamu itu manusia dan manusia itu makhluk sosial. So, jangan hanya pusing mikirin diri sendiri sebab ada banyak orang yang berperan dalam kehidupanmu. Perluas doa dan jadikanlah dirimu yang paling bermanfaat untuk orang lain. Jangan egois! Jangan mau jadi bangkai berjalan!
Jumat, 29 Maret 2019
Cinta, harapan dan kepasrahan
Bukan cinta yg menciptakan pernikahan tapi pernikahanlah yang menciptakan cinta. Seseorang pernah menasihati "Jangan menikah karena cinta, karena rasa itu cepat sirna. Menikahlah karena ilmu, akhlak, dan ibadahnya karena itulah yang mengawetkan rasa"
And now... U know how it feels.
Mengingat tanpa ada rasa sakit,
Mengingat tanpa ada debaran lagi
Mengingat tanpa harus berpura-pura tak mengerti.
Allah yang menitipkan rasa, maka Allah pula lah yang berhak menghapuskannya dengan caraNya yang indah, yah tugasmu hanya "MENINGGALKAN" bukan "MELUPAKAN" karena perkara hati itu milik Allah dan jika Allah menghendaki, hati akan melupa pada waktunya.
Jika niat ibadah ikhlas karena Allah semua pasti mudah. Percayalah... Jalani saja dulu, nanti kau akan sadar bahwa rencanaNya sungguh lebih indah dari apa yang pernah kau bayangkan. Allah gantikan dengan yang lebih baik di waktu yang tepat.
Jika benar cinta itu karena Allah maka biarkanlah ia mengalir mengikuti aliran Allah karena hakikatnya ia berhulu dari Allah maka ia pun berhilir hanya kepada Allah.
Cukup cintai ia dengan kesederhanaan.
Memupuknya hanya akan menambah penderitaan. Menumbuhkan harapan hanya akan mengundang kekecewaan. Mengharapkan balasan hanya akan membumbui kebahagiaan para syaitan.
Cukup cintai ia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan.
karena tiada yang tahu rencana Nya.
Mungkin saja rasa ini ujian yang akan melapuk atau membeku dengan perlahan karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan. Serahkankan rasa yang tiada sanggup dijadikan halal itu pada yang memberi dan memilikinya biarkan ia yang mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya.
“Andaikan orang yang jatuh cinta boleh memilih, tentu aku tidak akan memilih jatuh cinta.”
Dont't let your heart touched by stranger! Keep only for your true love.
Jumat, 15 Februari 2019
Untuk Ibu tersayang, maafkan aku
Ibu...
Dalam nyenyak tidurmu kupandangi dirimu lekat-lekat. Rambutmu kian memutih. Kulitmu tak sekencang yg dulu lagi. Raut wajahmu kini mulai berbeda. Terlalu lama anakmu diperantauan hingga lupa kalau ibu sekarang semakin tua.
Ibu...
Andai engkau tahu perasaanku. Perasaan menyesal ini, Perasaan yg akan selalu kuistigfarkan sepanjang hidupku.
Dulu...
Aku pernah sangat membenci ibu. Saat dimana ibu pergi tanpa pesan. Saat dimana ibu mengabaikanku. Saat dimana ibu merontah penuh amarah.
Ibu...
Tak pernah kuungkap rasa itu padamu, selalu saja kupendam dalam batinku. Aku benci, tapi hati kecilku selalu saja berkata "jangan! dia adalah orang yang rela mempertaruhkan nyawanya untukmu demi lahirnya kau ke dunia, ia pun hanya korban kekerasan dunia, sabarlah... Pahamilah dia"
Andai ibu tahu, hatiku sakit!
Sakit saat anak-anak seusiaku begitu akrab dengan ibunya. Saat sakit dan sedihnya selalu ada ibu disamping mereka. Sedang aku? Aku hanya bisa diam dan memendam rasa iri dalam-dalam.
Satu hal yang harus ibu tahu, aku pernah meraskan bahagia yang luar biasa. Saat pengumuman kelulusanku masuk di salah satu universitas negeri. Saat itu untuk pertama kalinya kurasakan pelukan dan kecupan manis dari ibu. Mungkin bagi remaja lain seusiaku mendapatkan itu adalah hal yang biasa tapi bagiku itu adalah hal yang sangat bermakna hingga tanpa sadar air mata sontak membasahi pipiku saat itu, tapi langsung ku hapus karena rasanya menampakkannya adalah sebuah kecanggungan di depan ibu. Bermodal kecupan itu, ku tegar melalui banyak cobaan di dunia perkuliahan di tanah rantau bu.
Ibu... Tahukah ibu? Sebenarnya banyak kisah sedih yang tak pernah kuceritakan padamu hanya karena tak ingin membuat khawatir dan menyusahkan ibu. Di lain sisi selalu saja seperti ada benteng yang tinggi yang membatasi antara hatiku dan hatimu. Semuanya terasa canggung. Tak ada jalinan kehangatan yang tercipta antara kita. Beku seperti es batu. Terkadang kupikir kapan bisa ku cairkan suasana ini. Namun yang bisa kulakukan hanyalah menyebut namamu disetiap untaian doaku.
Hingga akhirnya beberapa tahun di tanah rantau, ku dengar ibu sakit. Ku pikir itu biasa saja sebab ibu adalah sosok yang kuat dan jika sakit palingan hanya sakit yang ringan-ringan saja. Sehari dua hari biasanya sudah sembuh tapi untuk kali ini ternyata berbeda. Setahun dua tahun ibu melalui hari-hari dalam rasa sakit. Aku tahu, aku pernah membenci ibu tapi melihat ibu terkulai lemas tak berdaya seperti itu membuatku merasakan rasa sakit lebih dari apa yang ibu rasakan. Perih... Seperti tercabik-cabik rasanya hatiku. Tapi, dibalik itu semua ternyata Allah mengabulkan doa-doa ku. Hidayah menyapa di saat-saat ibu berada di kondisi terlemah. Allah lunakan hati mu bu... Benteng yang tinggi yang dulu menjadi pembatas antara kau dan aku seketika hancur. Kini berbicara banyak hal denganmu begitu asyik dan bahkan saat menangis bersama karena Allah terasa menjadi nikmat yang tak ternilai harganya meski kita sadari saat itu kondisi kita sedang dilanda duka. Satu hal yang paling aku syukuri dalam hidupku adalah jarak antara ibu dan Allah semakin dekat.
Begitu besar karunia dan nikmat Allah dalam hidup ini. Semoga Allah senantiasa mengistiqomahkan hingga di ujung usia kita.
Uhibbuki fillah, ibu....
Semoga ibu selalu dalam penjagaan Allah.
Jumat, 01 Februari 2019
Rindu
Allhumma yaa Allah...
Astagfirullah wa atubuh ilaih.
Hamba yg berlumur dosa memohon ampunan dan hidayahMu.
Tolong kuatkan iman ini...
Istiqomahkanlah kami dalam ketaatan dan kesetian dalam mencintaiMu hingga akhir hayat kami...
Astagfirullah wa atubuh ilaih.
Hamba yg berlumur dosa memohon ampunan dan hidayahMu.
Tolong kuatkan iman ini...
Istiqomahkanlah kami dalam ketaatan dan kesetian dalam mencintaiMu hingga akhir hayat kami...
Kami rindu, getaran cinta yg bersemayam dalam dada saat mengingatMu.
Yaa Robbi... Kuatkan iman kami...
Jangan kau cabut nikmatnya bermunajat kepadaMu... Sungguh kami tak berdaya tanpa kasih sayangMu. Jangan biarkan kami terlalu lama tenggelam dalam kebinasaan.
Hati kami gersang, mengenaskan...
Mata kami buta gemerlap dunia...
Lidah kami kelu, mulai lupa memujiMu
Akal sehat pun telah pergi
Kami sadar... Sungguh kami lupa diri!
Yaa Robbi... Kuatkan iman kami...
Jangan kau cabut nikmatnya bermunajat kepadaMu... Sungguh kami tak berdaya tanpa kasih sayangMu. Jangan biarkan kami terlalu lama tenggelam dalam kebinasaan.
Hati kami gersang, mengenaskan...
Mata kami buta gemerlap dunia...
Lidah kami kelu, mulai lupa memujiMu
Akal sehat pun telah pergi
Kami sadar... Sungguh kami lupa diri!
Kami malu...
Masih pantaskah surga untuk kami?
Ayat-ayatMu satu per satu melayang dari ingatan terbawa liarnya nafsu godaan setan. Tak ada lagi!
Yaa Allah... Hamba lemah dan fakir dalam kesendirian ini. Tolong kirimkanlah seseorang yg mampu mengobati kefakiran kami, yang mengokohkan kesabaran kami, yg menguatkan iman kami dan menyemangati dalam urusan dunia dan akhirat kami.
Yaa Allah... Kirimkan teman hidup yg abadi yg akan setia membersamai kami dalam meniti jalan terjal menuju tujuan akhir kami.
Langganan:
Postingan (Atom)