Jumat, 15 Februari 2019

Untuk Ibu tersayang, maafkan aku

Ibu...
Dalam nyenyak tidurmu kupandangi dirimu lekat-lekat. Rambutmu kian memutih. Kulitmu tak sekencang yg dulu lagi. Raut wajahmu kini mulai berbeda. Terlalu lama anakmu diperantauan hingga lupa kalau ibu sekarang semakin tua.
Ibu...
Andai engkau tahu perasaanku. Perasaan menyesal ini, Perasaan yg akan selalu kuistigfarkan sepanjang hidupku.
Dulu...
Aku pernah sangat membenci ibu. Saat dimana ibu pergi tanpa pesan. Saat dimana ibu mengabaikanku. Saat dimana ibu merontah penuh amarah.
Ibu...
Tak pernah kuungkap rasa itu padamu, selalu saja kupendam dalam batinku. Aku benci, tapi hati kecilku selalu saja berkata "jangan! dia adalah orang yang rela mempertaruhkan nyawanya untukmu demi lahirnya kau ke dunia, ia pun hanya korban kekerasan dunia, sabarlah... Pahamilah dia" 

Andai ibu tahu, hatiku sakit!
Sakit saat anak-anak seusiaku begitu akrab dengan ibunya. Saat sakit dan sedihnya selalu ada ibu disamping mereka. Sedang aku? Aku hanya bisa diam dan memendam rasa iri dalam-dalam.

Satu hal yang harus ibu tahu, aku pernah meraskan bahagia yang luar biasa. Saat pengumuman kelulusanku masuk di salah satu universitas negeri. Saat itu untuk pertama kalinya kurasakan pelukan dan kecupan manis dari ibu. Mungkin bagi remaja lain seusiaku mendapatkan itu adalah hal yang biasa tapi bagiku itu adalah hal yang sangat bermakna hingga tanpa sadar air mata sontak membasahi pipiku saat itu, tapi langsung ku hapus karena rasanya menampakkannya adalah sebuah kecanggungan di depan ibu. Bermodal kecupan itu, ku tegar melalui banyak cobaan di dunia perkuliahan di tanah rantau bu. 

Ibu... Tahukah ibu? Sebenarnya banyak kisah sedih yang tak pernah kuceritakan padamu hanya karena tak ingin membuat khawatir dan menyusahkan ibu. Di lain sisi selalu saja seperti ada benteng yang tinggi yang membatasi antara hatiku dan hatimu. Semuanya terasa canggung. Tak ada jalinan kehangatan yang tercipta antara kita. Beku seperti es batu. Terkadang kupikir kapan bisa ku cairkan suasana ini. Namun yang bisa kulakukan hanyalah menyebut namamu disetiap untaian doaku.

Hingga akhirnya beberapa tahun di tanah rantau, ku dengar ibu sakit. Ku pikir itu biasa saja sebab ibu adalah sosok yang kuat dan jika sakit palingan hanya sakit yang ringan-ringan saja. Sehari dua hari biasanya sudah sembuh tapi untuk kali ini  ternyata berbeda. Setahun dua tahun ibu melalui hari-hari dalam rasa sakit. Aku tahu, aku pernah membenci ibu tapi melihat ibu terkulai lemas tak berdaya seperti itu membuatku merasakan rasa sakit lebih dari apa yang ibu rasakan. Perih... Seperti tercabik-cabik rasanya hatiku. Tapi, dibalik itu semua ternyata Allah mengabulkan doa-doa ku. Hidayah menyapa di saat-saat ibu berada di kondisi terlemah. Allah lunakan hati mu bu... Benteng yang tinggi yang dulu menjadi pembatas antara kau dan aku seketika hancur. Kini berbicara banyak hal denganmu begitu asyik dan bahkan saat menangis bersama karena Allah terasa menjadi nikmat yang tak ternilai harganya meski kita sadari saat itu kondisi kita sedang dilanda duka. Satu hal yang paling aku syukuri dalam hidupku adalah jarak antara ibu dan Allah semakin dekat.

Begitu besar karunia dan nikmat Allah dalam hidup ini. Semoga Allah senantiasa mengistiqomahkan hingga di ujung usia kita.

Uhibbuki fillah, ibu....
Semoga ibu selalu dalam penjagaan Allah.




Jumat, 01 Februari 2019

Rindu

Allhumma yaa Allah...
Astagfirullah wa atubuh ilaih.
Hamba yg berlumur dosa memohon ampunan dan hidayahMu.
Tolong kuatkan iman ini...
Istiqomahkanlah kami dalam ketaatan dan kesetian dalam mencintaiMu hingga akhir hayat kami...
Kami rindu, getaran cinta yg bersemayam dalam dada saat mengingatMu.
Yaa Robbi... Kuatkan iman kami...
Jangan kau cabut nikmatnya bermunajat kepadaMu... Sungguh kami tak berdaya tanpa kasih sayangMu. Jangan biarkan kami terlalu lama tenggelam dalam kebinasaan.

Hati kami gersang, mengenaskan...
Mata kami buta gemerlap dunia...
Lidah kami kelu, mulai lupa memujiMu
Akal sehat pun telah pergi
Kami sadar... Sungguh kami lupa diri!
Kami malu...

Masih pantaskah surga untuk kami?

Ayat-ayatMu satu per satu melayang dari ingatan terbawa liarnya nafsu godaan setan. Tak ada lagi!

Yaa Allah... Hamba lemah dan fakir dalam kesendirian ini. Tolong kirimkanlah seseorang yg mampu mengobati kefakiran kami, yang mengokohkan kesabaran kami, yg menguatkan iman kami dan menyemangati dalam urusan dunia dan akhirat kami.

Yaa Allah... Kirimkan teman hidup yg abadi yg akan setia membersamai kami dalam meniti jalan terjal menuju tujuan akhir kami.