Minggu, 29 Januari 2017

NYARI UANG

Uang lagi, uang dulu, uang terus... Saat uang jadi prioritas, disitulah kita mulai lupa untuk apa kita hidup. Realitanya kebanyakan orang berlomba-lomba mencari ilmu agar bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus, kalau sudah dapat kerja bisa dapat uang, kalau sudah punya banyak uang katanya sudah dibilang sukses, kalau sudah dibilang sukses jadilah BAHAGIA. Kesimpulannya parameter kebahagiaan seseorang diukur dari banyaknya uang yang dimilikinya. Padahal andai kata uang itu sumber kebahagiaan maka tak ada orang kaya yang sakit karena kesehatan bisa dibelinya, tak ada orang kaya yang mati muda karena usiannya pun bisa dibeli, dan neraka akan dipenuhi oleh orang miskin karena surga sudah dibeli sama semua orang kaya. Maka mengapa harus menuhankan uang? saat uang tak bisa memberimu segalanya. Maka bersyukurlah uang bukanlah tuhan, karena tuhan yang sesungguhnya adalah DIA yang maha adil.
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Qur’an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-An’nam:115).

Jangan Lupakan Kaos Kakimu Ukhti




Musim penghujang telah tiba, jalanan becek dan genangan air dimana-mana bahkan banjir yang hampir menghiasi sepanjang jalan sudah menjadi pemandangan yang biasa di musim ini.  Inilah salah satu tatangan untuk ukhti sekalian dikala musim penghujan tiba. Mengapa? Karena harus mempersiapkan banyak kaos kaki cadangan saat bepergian. Mengapa harus? Karena kaki seorang muslimah adalah aurat sehingga wajib bagi setiap muslimah untuk menutupinya yaitu dengan menggunakan kaos kaki.
Tidak bisa dipungkiri jika banyak wanita di zaman sekarang ini yang terlihat berjilbab tapi lupa atau pura-pura lupa atau bahkan tidak tahu kalau memakai kaos kaki untuk menutupi aurat itu adalah suatu keharusan. Padahal Rosulullah telah bersabda jika seorang wanita baligh tidak boleh menampakkan anggota badannya kecuali wajah dan telapak tangan.  
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menegur Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma ketika beliau datang ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengenakan busana yang agak tipis. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memalingkan mukanya sambil berkata :

ÙŠَا Ø£َسْÙ…َاءُ Ø¥ِÙ†َّ الْÙ…َرْØ£َØ©َ Ø¥ِØ°َا بَÙ„َغَتِ الْÙ…َØ­ِيضَ Ù„َÙ…ْ ÙŠَصْÙ„ُØ­ْ Ø£َÙ†ْ ÙŠُرَÙ‰ Ù…ِÙ†ْÙ‡َا Ø¥ِÙ„َّا Ù‡َØ°َا ÙˆَÙ‡َØ°َا

Wahai Asma! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan).

[HR. Abu Dâwud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218. Hadist ini di shahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah]
Sumber: https://almanhaj.or.id/4114-kewajiban-menutup-aurat-dan-batasannya.html