Setelah sekian bulan vakum, rasanya jemari telah menjadi
kaku, seakan sulit untuk berbagi rasa. Padahal ada banyak rasa yang terpendam. Eh... Jangan baper! Heheh
Hari ini, Senin pagi, waktu dimana setiap orang mulai sibuk
dengan rutinitasnya masing-masing di awal pekan. Sama halnya dengan “kami” yang
sedang disibukkan dengan suatu pembahasan yang lumayan berat pasca nonton video
Ust. Syafiq. Topik hari ini adalah tentang “jodoh”. Entah mengapa paling baper
kalau mendengar masalah yang satu ini. Apa lagi undagan walimahan dan aqiqahan
datang silih berganti dari teman-teman SD sampai teman kuliah. Bagaimana gak
beper tuh, ditambah lagi kalau yang namanya berada di urutan ke-tiga di kartu
keluarga alias anak pertama, heheh... every
time dapat kode keras dari ortu. Apa daya, Sabarlah saja wahai hati, engkau
memang ditakdirkan untuk menjaga, menunggu dan dijemput di saat yang tepat
oleh orang yang tepat. Keep istiqomah, persiapkan dulu apa yang harus
dipersiapkan. Jadilah jomblo happy, bukan jomblo sepi yaah... heheh :D
Disela-sela asyiknya
perbincangan tentang jodoh, tetiba hp berbunyi dan muncul notif yang bikin
mewek...
Tanpa sadar air mata telah meleleh, suara serak, wajah dan
hidung memerah, dan seolah tak sanggup untuk berkata-kata lagi untuk melanjutan
pembahasan. Seseorang di sampingku bertanya cemas, lantas tak kuhiraukan,
sekujur tubuh terasa lunglai tak berdaya. Pikiran langsung tertuju pada yang
Mahakuasa. Sang pemilik diri, tempat kembali. Sebuah berita duka datang dari
ukhti shalihah, adik yang periang dan tak pernah sekalipun lalai dalam menebar
senyum dan salam jika bertemu. Selama mengenalnya dalam medan jihad (teman
seperjuangan dalam menuntut ilmu) ia paling semangat dan paling rajin, sakin
rajinnya catatannya yang selalu digulir untuk disalin oleh teman-teman lainnya.
Memang sudah hampir dua bulan ia tak hadir dalam halaqah, waktu terakhir kali
ia hanya mengabari kalau dirinya sakit dan tidak enak badan sehingga butuh
istirahat. Siapa sangka ternyata semalam ia telah mendahului kami kembali kapada-Nya.
Sebersit penyesalan terluapkan dalam air mata, mengapa tak sempat sekalipun aku
menjenguknya, karena kesibukan kuliah aku mengabaikan berita tentangnya. Rasa
pilu semakin terasa jikalau mengingat perjumpaan terakhir kami, kata-katanya
masih begitu jelas dalam ingatan, saat itu dia mengembalikan pulpen yang pernah
dipinjamnya, padahal sebenarnya aku sudah lupa kapan pulpen
itu dipinjam. Lalu iapun menanyakan utangnya dan kujawab dengan gelengan kepala yang
mengisyaratkan bahwa tak ada sepeserpun ia berutang padaku.
Ternyata hari itu menjadi pertemuan terakhir kita, padahal masih ada banyak cerita yang belum sempat tersampaikan dan belum sempat kita berjabat tangan untuk yang terakhir kalinya setelah waktu yang lama. Akan selalu ku rindu senyum sapamu, dik. Inilah akhir kisah kita... :'(
Ternyata hari itu menjadi pertemuan terakhir kita, padahal masih ada banyak cerita yang belum sempat tersampaikan dan belum sempat kita berjabat tangan untuk yang terakhir kalinya setelah waktu yang lama. Akan selalu ku rindu senyum sapamu, dik. Inilah akhir kisah kita... :'(
Semoga adinda husnul khotimah dan mendapatkan tempat
terbaik di sisi-Nya...
Selamat jalan dik, semoga Allah mempertemukan kita kembali di
tempat yang paling mulia. Aamiin :'(
Uhibbuki hatta fil jannah... :')
Kejadian ini seperti menjadi alaram yang membangunkan nurani
untuk segera berbenah diri, menyiapkan diri untuk kehidupan kelak yang abadi.
Usia memang sudah tidak muda lagi tapi itu bukan alsan untuk
terus-terusan membahas tentang jodoh justru seharusnya menjadi reminder untuk
kita semakin mendekatkan diri pada Allah karena maut bisa kapan saja
menghampri mendahului datangnya jodoh.
Adakah seseorang yang bisa menjamin hidupnya akan panjang
hingga kakek nenek? Terus mengapa harus mikirin jodoh mulu, harusnya kita
sadar, hari ini mungkin kita masih bisa menikmati semua karunianya, masih bisa
belajar, tertawa dan menangis tapi bagaimanana dengan hari esok? Jika besok
malaikat maut menghampiri kita, apakah kita siap? Apakah dengan modal kebaikan
seujung kuku sudah cukup? Bagaimana dengan dosa-dosa kita? Sudah kita memohon
ampunanNya? Adakah utang dan janji kita telah terlunasi? Sudahkah kita menghadiahkan
kebahagiaan untuk orang tua kita? Mampukah kita mempertanggungjawabkan semuanya
di hadapan Rabb kita kelak? Pernahkah kita menyendiri dalam renungan dan
membayangkan bagaimana hidup kita setelah ajal menjemput kita? Mungkinkah ada
hasrat untuk kembali? Tapi itu sungguh mustahil, saat nyawa tak lagi
bersemayang dalam tubuh, tak ada lagi kesempatan untuk kita kembali berbuat
baik. Jadi, sebelum penyesalan itu tiba, maka pikir-pikirlah dahulu, apa yang
semestinya kita lakukan untuk menentukan bagaimana nasib kita kelak. Karena orang
yang berakal harusnya beriman dan orang yang beriman tahu persis apa yang harus
ia lakukan untuk menagih janji Allah.
"Kami
tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad),
maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan."
(Q.S. Al-Anbiyā': 35)
"Di
mana saja kamu berada. Kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh." (Q.S. An-Nisā' : 78)
"Sesungguhnya
kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan
menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (ALLAH), yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan." (Q.S. Al-Jumu'ah : 8)
Dari bin 'Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Aku pernah bersama Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu seorang Anshar mendatangi Beliau, ia memberi
salam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, mu'min manakah yang paling
baik?" Beliau bersabda, "Yang paling baik akhlaqnya." "Lalu
mu'min manakah yang paling cerdas?", ia kembali bertanya. Beliau bersabda,
"Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam
mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling
cerdas." (H.R. Ibnu Majah)
“Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa”. (QS. As-Sajadah: 18-22)
“Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa”. (QS. As-Sajadah: 18-22)
Dari Abu Hurairh radiallahu'anhu,
ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda...
“Allah berfirman: Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Bacalah firman Allah Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” [QS. As-Sajdah: 17] [HR. Bukhari dan Muslim]
“Allah berfirman: Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Bacalah firman Allah Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” [QS. As-Sajdah: 17] [HR. Bukhari dan Muslim]
So... jangan hanya pusing mikirin jodoh karena yang paling
dekat adalah kematian.
Mulai dari sekarang, anak muda jaman now, mari membaperi
jodoh (tulang rusuk atau malaikat izroil) dengan terus mencharge
iman dan mengupgrade ilmu untuk
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah.
“Berbekallah, dan sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang
berakal”. (QS. Al-baqarah: 197)
Ittaqillah! Allahu Akbar... ^^
_Ramsis,
13 November 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar