Senin, 13 November 2017

BAPER ZAMAN NOW



Setelah sekian bulan vakum, rasanya jemari telah menjadi kaku, seakan sulit untuk berbagi rasa. Padahal ada banyak rasa yang terpendam. Eh... Jangan baper! Heheh

Hari ini, Senin pagi, waktu dimana setiap orang mulai sibuk dengan rutinitasnya masing-masing di awal pekan. Sama halnya dengan “kami” yang sedang disibukkan dengan suatu pembahasan yang lumayan berat pasca nonton video Ust. Syafiq. Topik hari ini adalah tentang “jodoh”. Entah mengapa paling baper kalau mendengar masalah yang satu ini. Apa lagi undagan walimahan dan aqiqahan datang silih berganti dari teman-teman SD sampai teman kuliah. Bagaimana gak beper tuh, ditambah lagi kalau yang namanya berada di urutan ke-tiga di kartu keluarga alias anak pertama, heheh... every time dapat kode keras dari ortu. Apa daya, Sabarlah saja wahai hati, engkau memang ditakdirkan untuk menjaga, menunggu dan dijemput di saat yang tepat oleh orang yang tepat. Keep istiqomah, persiapkan dulu apa yang harus dipersiapkan. Jadilah jomblo happy, bukan jomblo sepi yaah... heheh :D

Disela-sela asyiknya perbincangan tentang jodoh, tetiba hp berbunyi dan muncul notif yang bikin mewek...
Tanpa sadar air mata telah meleleh, suara serak, wajah dan hidung memerah, dan seolah tak sanggup untuk berkata-kata lagi untuk melanjutan pembahasan. Seseorang di sampingku bertanya cemas, lantas tak kuhiraukan, sekujur tubuh terasa lunglai tak berdaya. Pikiran langsung tertuju pada yang Mahakuasa. Sang pemilik diri, tempat kembali. Sebuah berita duka datang dari ukhti shalihah, adik yang periang dan tak pernah sekalipun lalai dalam menebar senyum dan salam jika bertemu. Selama mengenalnya dalam medan jihad (teman seperjuangan dalam menuntut ilmu) ia paling semangat dan paling rajin, sakin rajinnya catatannya yang selalu digulir untuk disalin oleh teman-teman lainnya. Memang sudah hampir dua bulan ia tak hadir dalam halaqah, waktu terakhir kali ia hanya mengabari kalau dirinya sakit dan tidak enak badan sehingga butuh istirahat. Siapa sangka ternyata semalam ia telah mendahului kami kembali kapada-Nya. Sebersit penyesalan terluapkan dalam air mata, mengapa tak sempat sekalipun aku menjenguknya, karena kesibukan kuliah aku mengabaikan berita tentangnya. Rasa pilu semakin terasa jikalau mengingat perjumpaan terakhir kami, kata-katanya masih begitu jelas dalam ingatan, saat itu dia mengembalikan pulpen yang pernah dipinjamnya, padahal sebenarnya aku sudah lupa kapan pulpen itu dipinjam. Lalu iapun menanyakan utangnya dan kujawab dengan gelengan kepala yang mengisyaratkan bahwa tak ada sepeserpun ia berutang padaku.



Ternyata hari itu menjadi pertemuan terakhir kita, padahal masih ada banyak cerita yang belum sempat tersampaikan dan belum sempat kita berjabat tangan untuk yang terakhir kalinya setelah waktu yang lama. Akan selalu ku rindu senyum sapamu, dik. Inilah akhir kisah kita... :'(
Semoga adinda husnul khotimah dan mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya...
Selamat jalan dik, semoga Allah mempertemukan kita kembali di tempat yang paling mulia. Aamiin :'(
Uhibbuki hatta fil jannah... :')


Kejadian ini seperti menjadi alaram yang membangunkan nurani untuk segera berbenah diri, menyiapkan diri untuk kehidupan kelak yang abadi. 

Usia memang sudah tidak muda lagi tapi itu bukan alsan untuk terus-terusan membahas tentang jodoh justru seharusnya menjadi reminder untuk kita semakin mendekatkan diri pada Allah karena maut bisa kapan saja menghampri mendahului datangnya jodoh. 

Adakah seseorang yang bisa menjamin hidupnya akan panjang hingga kakek nenek? Terus mengapa harus mikirin jodoh mulu, harusnya kita sadar, hari ini mungkin kita masih bisa menikmati semua karunianya, masih bisa belajar, tertawa dan menangis tapi bagaimanana dengan hari esok? Jika besok malaikat maut menghampiri kita, apakah kita siap? Apakah dengan modal kebaikan seujung kuku sudah cukup? Bagaimana dengan dosa-dosa kita? Sudah kita memohon ampunanNya? Adakah utang dan janji kita telah terlunasi? Sudahkah kita menghadiahkan kebahagiaan untuk orang tua kita? Mampukah kita mempertanggungjawabkan semuanya di hadapan Rabb kita kelak? Pernahkah kita menyendiri dalam renungan dan membayangkan bagaimana hidup kita setelah ajal menjemput kita? Mungkinkah ada hasrat untuk kembali? Tapi itu sungguh mustahil, saat nyawa tak lagi bersemayang dalam tubuh, tak ada lagi kesempatan untuk kita kembali berbuat baik. Jadi, sebelum penyesalan itu tiba, maka pikir-pikirlah dahulu, apa yang semestinya kita lakukan untuk menentukan bagaimana nasib kita kelak. Karena orang yang berakal harusnya beriman dan orang yang beriman tahu persis apa yang harus ia lakukan untuk menagih janji Allah. 

"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan." (Q.S. Al-Anbiyā': 35)

"Di mana saja kamu berada. Kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (Q.S. An-Nisā' : 78)

"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (ALLAH), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (Q.S. Al-Jumu'ah : 8)

Dari bin 'Umar radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu seorang Anshar mendatangi Beliau, ia memberi salam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, mu'min manakah yang paling baik?" Beliau bersabda, "Yang paling baik akhlaqnya." "Lalu mu'min manakah yang paling cerdas?", ia kembali bertanya. Beliau bersabda, "Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas." (H.R. Ibnu Majah)

“Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)? Mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka, "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.” Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa”. (QS. As-Sajadah: 18-22)

Dari Abu Hurairh radiallahu'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda...
“Allah berfirman: Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Bacalah firman Allah Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” [QS. As-Sajdah: 17] [HR. Bukhari dan Muslim]

So... jangan hanya pusing mikirin jodoh karena yang paling dekat adalah kematian. 
Mulai dari sekarang, anak muda jaman now, mari membaperi jodoh (tulang rusuk atau malaikat izroil) dengan terus mencharge iman dan mengupgrade ilmu untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah.

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al-baqarah: 197)

Ittaqillah! Allahu Akbar... ^^

_Ramsis, 13 November 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar