Sejenak aku terdiam
Merenungi perjalan yang
kelam
Dibalik keceriaan,
tersimpan kekhawatiran mendalam
Apa yang telah aku lakukan
selama ini?
Mampukah aku menanggungnya
nanti?
Bagaimana harus aku
mempertanggungjawabkan semua ini?
Begitu banyak waktuku
kuhabiskan sis-sia
Terbersit keinginan untuk
berubah
Namun selalu saja tinggal
wacana yang berlalu begitu saja
Ketika pesona duniawi di
depan mata
Mata ini, telinga ini,
terlebih lagi mulut ini
Entah berapa banyak kekhilafan
yang telah dilahirkannya
Terlampau sering hingga tak
akan pernah bisa kuhitung Jumlahnya
Walau kutahu malaikat senantiasa
mencatatnya
Namun, sungguh ku tak
berdaya tuk menghentikannya
Sungguh aku takut!
Apakah aku hanya takut
dengan neraka?
dan hanya menginkan surga
semata?
Tapi, bagaimana bisa?
Padahal aku tahu duniaku
begitu tak terarah
Terkadang aku
mengabaikan-Nya demi duniaku yang fana
Masih pantaskah aku mendambakan
surga-Nya?
Sungguh aku malu pada-Nya!
Saat hitam dan putih
berlomba
dalam pikiran yang gulana
Saat naluri hati berkata
ia
Namun syaitan maha
menggoda
Membelokkan nurani ke
jalan yang berbeda
Jalan yang ingkar namun
terlihat indah
Betapa aku lemah tak berdaya
dengan buaian nafsu yang bergelora
Saat itu telah terjadi
maka penyesalanku tiada lagi berguna.
Aku mengetahui tapi tak mengamalkanya...
Aku mengetahui jelas apa yang lebih baik namun begitu sulit untuk menapikkan buaian
duniawi.
Mengapa telinga ini lebih
memilih untuk mendengarkan musik, gosip, dan semua junksounds ketimbang
mendengarkan panggilan adzan yang berkumandang padahal aku tahu itu wajib
Mengapa mata ini lebih memilih
menyaksikan film-film, drama asia bahkan menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengkepoi
dunia maya dari satu situs ke situs lainnya ketimbang menyaksikan saudara atau
orang disekitar ku yang lebih membutuhkan uluran tanganku
Mengapa mulut ini selalu
saja memilih untuk menggunjing, berdusta dan membicarakan perkara dunawi
ketimbang menyempatkan diri untuk melantunkan dan menyiarkan ayat-ayatnya walaupun
hanya satu ayat
Mengapa tangan ini lebih
memilih untuk menghabiskan uang untuk shopping kanan kiri ketimbang
menginfakkannya di jalan Allah
Mengapa kaki ini lebih
rela untuk mengantri berjam-jam di bioskop dibanding mejejakkan kaki bersegera ke
Rumah Allah.
Mengapa hati ini selalu
saja menggalaukan masalah duniawi ketimbang akhirat? Dunia, dunia dan hanya dunia
saja! Padahal Aku tahu dunia ini hanya sementara.
Apa yang bisa ku lakukan
untuk akhiratku?
Disaat pengetahuan duniaku
sarjana
Ternyata pengetahuan
akhiratku TK
Sungguh menyedihkan!
Tuhan... Tolong Hamba
Berilah petunjukMu padaku agar akhiratku terselamatkan
Berilah petunjukMu padaku agar akhiratku terselamatkan
Hari kemarin akan tetap
menjadi kemarin dan tak mungkin menjadi hari esok, apa yang berlalu tak akan
mungkin kembali lagi. Sekarang mulailah melakukan yang terbaik karena masih ada
hari esok yang menanti kesungguhanmu! Jika kemarin gelap mulailah hari ini
untuk menyiapkan dan mengumpulkan seberkas cahaya untuk menerangi hari esokmu.
Semoga Allah senantiasa
menuntun hati kita menuju jalan yang lurus dan memantapkan hati kita agar tetap
selalu istiqomah di jalannya..
“Barangsiapa yang Allah
kehendaki kebaikan kepadanya, maka Allah akan jadikan ia faham dalam agama”
(HR. Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar