Let me share a short story, true story with a bit Spice.. ^^
Bunga: "Hai.... mawar? Benar kamu mawar kan?" (Sembari menjabat tangan dan mengarahkan pandangannya dari ujung kaki ke ujung kepala ke orang yang telah berdiri di hadapannya)
Mawar : "Eh.. kamu! Long time no see..." timpal mawar dengan suguhan senyuman tipis yg tersaji di wajahnya
Bunga: "Sumpah... aku pangling melihat kamu sekarang, beda banget! Ku pikir tadinya aku salah orang. Heheh..."
Mawar: "kamu lagi sibuk apa sekarang? Dan tinggal dimana?" sambil mengarahkan bunga untuk duduk.
Bunga: "Hem.. hidup gue monoton, War! Krj di kantor pemerintahan ternyata membosankan juga. Eh, Aku tinggal tidak jauh dari sini kok, nanti singgah di rumahku yaah!"
Mawar: oh gitu... (mengangguk)
Bunga: "Kok kamu bisa jadi muslimah banget kayak gini? Bagaimana ceritanya? Perasaan dulu kamu 100% asli absurd! Hahah"
Mawar: "Hem... sebenarnya dulunya akupun tdk pernah menyangka bisa jadi seperti saat ini. Awalnya sih aku tidak sengaja melihat sesuatu dan itu membuat ku mulai banyak berpikir. Apa, siapa, bagaimana, dimana, mengapa dan untuk apa??? Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja menderu menghantam logika ku. Otomatis aku penasaran dong, dan mulai mencari tahu sedikit demi sedikit jawaban-jawaban dari pertanyaan itu. Itu menuntutku untuk terus belajar dan memahami apa yg terjadi.
Bunga: "oh" (bingung)
Mawar: Intinya aku sangat bersyukur karena Allah sayang banget sama aku.
Dia tidak membiarkanku berlama-lama dalam ke absurd an..sebenarnya Allah telah memberikan petunjuk dan kesempatan untuk semua orang, tinggal kitanya aja yang memilih mau menerima petunjuk itu atau mengabaikanya. Kalau kita memilih untuk menerima maka pastinya kita harus menjemputnya dengan keyakinan dan realisasi dengan tindakan yang didahului dengan belajar. Terus belajar dan memahami apa yg kita jalani sekarang dan fokus pada tujuan akhir kita. Gunakan akal untuk berpikir dan hati untuk memahami. Dunia ini hanyalah sementara dan ada tempat yang kekal yang telah menanti kita.
Bunga: (Terdiam seribu bahasa, entah lagi mikir atau tak mengerti)
Mawar: "Hijrah yuk!" :)
LET'S THINKING! Use our mind...
Sebagaimana sesuai dengan sabda Imam Ali As bahwa nabi-nabi diutus adalah untuk menyemai khazanah akal manusia.[1]
Dalam Islam, akal dan agama[2]adalah satu hakikat tunggal dan sesuai dengan sebagian riwayat, dimanapun akal berada maka agama akan selalu mendampingi,[3]tidak ada jarak yang terbentang antara iman dan kekurufan kecuali dengan kurangnya akal.[4]
Menggunakan pikiran dan akal dapat digunakan di jalan benar dan tepat apabila digunakan dalam rangka ibadah dan penghambaan. Imam Shadiq As ditanya tentang apakah akal itu?” Imam Shadiq As menjawab, “Sesuatu yang dengannya Tuhan disembah dan surga diraih.”[5]
Berdasarkan hal ini, harap diperhatikan, berpikir dalam al-Quran tidak serta merta bermakna menggunakan akal yang dikenal secara terminologis. Tatkala al-Quran menyeru untuk berpikir dan merenung dalam rangka penghambaan yang lebih serta terbebas dari belenggu kegelapan dan kesilaman jiwa, boleh jadi merupakan salah satu tanda berpikir dan berasionisasi.
Dalam pandangan ini, kedudukan akal dan pikiran sedemikian tinggi dan menjulang sehingga Allah Swt dalam al-Quran, tidak sekali pun menyuruh hamba-Nya untuk tidak berpikir atau menempuh jalan secara membabi buta.
Menurut Allamah Thabathabai, Allah Swt dalam al-Quran menyeru manusia sebanyak lebih dari tiga ratus kali untuk menggunakan dan memberdayakan anugerah pemberian Tuhan ini,[6]
"Tidak ada penyakit yang lebih parah daripada kebodohan. Dan tidak ada kefakiran yang sebanding dengan kebodohan.
Alangkah buruknya orang yang berwajah tampan, namun dia bodoh. la seperti rumah yang bagus bangunannya, tetapi penghuninya orang yang jahat, atau seperti taman yang penghuninya adalah burung hantu, atau kebun kurma yang penjaganya adalah serigala" _Ali Bin Abi Thalib_
Dalam Islam, akal dan agama[2]adalah satu hakikat tunggal dan sesuai dengan sebagian riwayat, dimanapun akal berada maka agama akan selalu mendampingi,[3]tidak ada jarak yang terbentang antara iman dan kekurufan kecuali dengan kurangnya akal.[4]
Menggunakan pikiran dan akal dapat digunakan di jalan benar dan tepat apabila digunakan dalam rangka ibadah dan penghambaan. Imam Shadiq As ditanya tentang apakah akal itu?” Imam Shadiq As menjawab, “Sesuatu yang dengannya Tuhan disembah dan surga diraih.”[5]
Berdasarkan hal ini, harap diperhatikan, berpikir dalam al-Quran tidak serta merta bermakna menggunakan akal yang dikenal secara terminologis. Tatkala al-Quran menyeru untuk berpikir dan merenung dalam rangka penghambaan yang lebih serta terbebas dari belenggu kegelapan dan kesilaman jiwa, boleh jadi merupakan salah satu tanda berpikir dan berasionisasi.
Dalam pandangan ini, kedudukan akal dan pikiran sedemikian tinggi dan menjulang sehingga Allah Swt dalam al-Quran, tidak sekali pun menyuruh hamba-Nya untuk tidak berpikir atau menempuh jalan secara membabi buta.
Menurut Allamah Thabathabai, Allah Swt dalam al-Quran menyeru manusia sebanyak lebih dari tiga ratus kali untuk menggunakan dan memberdayakan anugerah pemberian Tuhan ini,[6]
"Tidak ada penyakit yang lebih parah daripada kebodohan. Dan tidak ada kefakiran yang sebanding dengan kebodohan.
Alangkah buruknya orang yang berwajah tampan, namun dia bodoh. la seperti rumah yang bagus bangunannya, tetapi penghuninya orang yang jahat, atau seperti taman yang penghuninya adalah burung hantu, atau kebun kurma yang penjaganya adalah serigala" _Ali Bin Abi Thalib_
___________________________________________________
[1]. Nahj al-Balâgha, (Subhi Shaleh), hal. 43, Intisyarat Hijrat, Qum, 1414 H.
[2]. Akal dan Agama, 4910; Hubungan Akal dan Agama, 12105.
[3]. Kulaini, al-Kâfi, jil, 1, hal. 10, Diedit oleh Ghaffari dan Akhundi, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1407 H.
[4]. Ibid, hal. 28.
[5]. Ibid, hal. 11.
[6].Sayid Muhammad Husain Thabathabai, al-Mizân, jil. 3, hal. 57, Daftar Intisyarat Islami, Qum, 1417 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar