Senin, 28 November 2016

Lelaki terhebat

Perhatian, penyayang, rela berkorban, pekerja keras, tegas namun terkadang terlihat garang dan sosoknya yang bijak menjadikannya sebagai panutan yang sangat aku kagumi.

Dialah AYAH... salah satu sumber kebahagiaan dalam duniaku. Ayah bukan orang yang pandai menangis, jika harus menangis itu pasti untuk sesuatu yang sangat berarti. Ayah juga selalu menyembunyikan perasaan lelahnya akan semua yang dijalaninya. Dia mungkin juga tak pandai mengucapkan kata-kata sayang, akan tetapi dia hebat dalam membuktikannya dengan tindakan. Dengan segala kekurangannya, dia selalu berusaha yg terbaik untuk anak-anaknya. Entah berapa ratus kali ayah menyembunyikan letih yang sungguh luar biasa menyakitkan. Mungkin ayah bisa berbohong bahwa semua baik-baik saja, tetapi tidak dengan mata itu. Mata itu menggambarkan derita yang ayah lalui siang dan malam hanya untuk memperjuangkan hidup keluarga, akan tetapi ayah tidak menghentikan langkah itu sedikitpun. Semua itu semata-mata untuk memberikan anaknya harapan hidup yang lebih baik, agar dunia ini tak mengejek buah hatinya.

Untuk semua perjuanganmu dan air mata yang  pernah engkau teteskan untuk ku waktu itu, membuatku akan tetap berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik untuk membuat ayah bangga dan bahagia. Terkadang aku jenuh dan lelah dalam menghadapi beragam problema dalam hidup ini tapi saat mengingat Ayah, seketika rasa jenuh dan lelah itu terlupakan.

Aku tahu ayah paling tak bisa melihatku susah, sakit atau bersedih... 
Aku tahu... jika aku terluka, ia lebih terluka, jika aku sakit, ia lebih sakit lagi dan saat aku susah maka ia pun ikut merasakan kesedihan. Semampuku akan ku jaga diri ini agar tetap baik-baik saja, semua untuk ayah. Pada akhirnya aku mengerti bahwa doa yang ayah panjatkan di setiap waktunya, itulah yang akan memelukku dengan hangat dan menjagaku di manapun aku berada, menjauhkanku dari tipu daya dunia yang penuh ilusi ini.

Terima kasih ayah, untuk setiap pengorbanan dan kasih sayang yang  engkau berikan. Bahkan setiap keringat yang menetes dari tubuhmu adalah sumber kehidupan untukku. Maaf karena aku sering kali menjadi beban untukmu, Tapi ayah, sepanjang hidupku aku akan selalu mengingat semua perjuangan yang ayah lakukan, meski sampai kapanpun aku tidak akan pernah mampu membalasnya.


Antara akhlak, jilbab dan postingan

Allah telah katakan dalam Al-quran bahwasanya setiap manusia itu memiliki potensi baik dan potensi buruk. 

Aku? Hanya wanita biasa yang masih dalam kategori 'belum baik'.

Jilbabku? Iya, jilbabku panjang menutupi dada. 

Akhlak-ku? Iya, ini aku sedang berusaha keras untuk menjadi lebih baik dari hari-hari kemarin. 

Postinganku? Iya, aku hanya ingin berusaha utk menebar benih-benih kebaikan, aku juga ingin pahala dariNya. Postinganku juga sebagai pengingat untuk diri yg banyak dosa ini. Jika tak kau temukan kesamaan antara postingan dan akhlak-ku, tolong lihat kembali kalimat awal pada tulisan ini. Atau aku ulang kembali bahwasanya setiap manusia itu memiliki potensi baik dan potensi buruk. Dan sebaik baiknya manusia adalah ia yang meminta ampun atas segala kesalahan yang diperbuat. Jika tak kau temukan kesamaan antara akhlak dan jilbabku, jangan sekali kali salahkan jilbabku. Jilbab ini tak salah, karena ini adalah suatu keharusan seorang wanita muslim. Sekali lagi aku ulangi, setiap manusia itu memiliki potensi baik dan potensi buruk. Dan sebaik baik manusia adalah ia yang meminta ampun atas segala kesalahan.


CC: @tausiyahmuslimah

Minggu, 27 November 2016

Sang Penyemangat

Dengan segala kemampuan yg kau punya, kau kembali ajarkan bagaimana memandang dunia yg selalu terasa timpang ini. Saat kekalahan demi kekalahan berkembang biak, dengan sigap kau genggam diri ini, melintasi sudut-sudut keelokan demi keelokan agar aku tak selamanya tersesat.

Pangkep, 30/12/10

Sabtu, 26 November 2016

Debarku

Dia muncul di relung hati
Entah mengapa dan bagaimana
Membisik, merasuk, mengusik
Membungkam seribu bahasa

Kelu lisan sontak merajai
Seraya tatap saling beradu
Merona rupa tersirat malu
Menggandeng riuh getaran qalbu

Tahukah dia?
Hadirnya tak ku nafikan
Dia memang ada
Menghiasi dalam diam
Tak perlu dipertanyakan
Sudah jelaslah ada dia

Tahukah dia?
Ada rindu diakhir jumpa
Mengundang bayangnya
di pelupuk mata
Angan yang telah berkelana
biarkan saja merana
Hingga temukan jawabannya

Tahukah dia?
Sensasi itu menyiksa
Rasanya tak semanis gula
Serasa mengacam jiwa
Seolah membuat gila

Ingin ku bunuh rasa ini,
Sungguh, aku benci
Gejolak rasa yg tak henti
Ku inginkan dia pergi
Menghilang bagaikan buih

Salahkah aku?
Jawab:

Kamis, 24 November 2016

MENGAPA?

Mengapa baru sekarang?
Mengapa rasa sesak di dada baru menyelimuti?
Mengapa rasa malu itu terlalu lama bersembunyi?
Mengapa rasa iri itu baru terasa?
Mengapa?

Mimpi-mimpi indah itu sungguh mempesona
Terperdaya aku dibuatnya hingga terlena
Namun saat ku buka mata ternyata tak satupun yang nyata
semuanya hanyalah fatamorgana belaka
Mengapa?

Ku hanyut dalam keacuhan dan kearogansian jiwa
Hingga ku tenggelam ke dasar lautan dosa  
Dalam benak berkata, mengapa dulu engkau tak tergugah?
Duh, kudapati diri ini tersesat dalam lembah Jahiliyah...
Mengapa?

Ku tersadar di satu masa
Saat kutahu usiaku tak lagi muda
Betapa banyak waktuku sia-sia
Demi euforia dunia nan hina
Kukerahkan semua daya dan upaya
Demi kehidupan singkat yang penuh tipu daya
Mengapa?


Keluarlah wahai air mata duka
Bangunkanlah sanubari yang enggan terbuka
Biarkan saja berkecamuk melepas gundah
Mengiringi jingga melangit senja

Belajarlah!
Berusahalah!
Berikan ruang untuk merasa salah
Bangkitkan semangat untuk berubah
Kerahkan hati dan raga untuk beribadah
La tansa, keep istiqomah...

Masa lalu hanya untuk dikenang, Tidak untuk diulang



 Air itu datang lagi membanjiri pipi dan meluapkan rentetan kenangan masa lalu yang menyesakkan dada. Di tengah-tengah lantunan ayatNya, tetiba masa lalu itu terlintas memadamkan suara, terlebih lagi saat kembali memaknai apa yang ada dihadapan mata, semakin terisak rasanya. Seperti teriris sembilu yang merasuk hingga ke qalbu.
Betapa bodohnya diri ini beberapa tahun silam, Saat mereka yang begitu taat berada sudah sangat dekat, sedangkan hati ini tak jua terketuk. Hanya sibuk dibuai oleh kesibukan duniawi, mungkin saat itu diri ini terlalu terpaku dengan dunianya sendiri tanpa menyadari kalau setiap orang sebenarnya punya kesibukannya masing-masing dan jelaslah mereka pastinya juga punya kesibukan duniawi yang harus dilakukan tapi mereka tidak menuhankan kesibukan dunianya.
Sungguh malu diri ini, sungguh iri diri ini... penyesalan demi penyesalan yang kian menerjang tak ada lagi gunanya semanya telah berlalu, setidaknya nafas masih di dalam jiwa, masih ada waktu untuk berubah. Semoga Allah senantiasa menjaga hati ini dalam ketaatan dan agamaNya. Sungguh berislam itu indah, sungguh aturanNya itu yang terbaik, sungguh akan bahagia dan tentram rasa hati saat berkumpul bersama mereka yang dekat denganNya.
Kita tahu bahwa kita sesama muslim memiliki kewajiban yang sama dan mempunyai waktu yang sama pula yang bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Terus apa yang membuat diri ini tak berpikir untuk melakukan apa yang mereka lakukan? Padahal tujuan kita sama, ingin bahagia merasakan nikmat surgaNya. Bukankah Allah menyeru kita untuk Fastabiqul khairat? Katanya ingin bahagia dunia dan akhirat? Tapi kok sudah diberi petunjuk (Al-quran & hadits) diri ini masih gitu-gitu aja? Seolah acuh dan merasa masih punya banyak waktu di dunia. Sebenarnya apa yang menghalangi kita untuk taat? Setelah dipikir-pikir ternyata selain lingkungan yang mendukung, ternyata faktor utama yang membuat diri ini bisa berubah adalah keyakinan dan ketentraman yang mendalam yang dirasakan oleh hati yang berasal dari hasil berpikir dan mengamati dengan menggunakan akal yang telah dianugerahkan oleh Allah sebagai modal spesial manusia di dunia. Setelah kita telah berpikir dan mengamati selanjutnya adalah belajar. Tentunya kita harus belajar, bagaimana mungkin kita dapat mengetahui aturan-aturanNya,  jika kita tidak ada niat untuk mempelajarinya. Semakin kita belajar maka rasa keyakinan itu semakin berkembang yang akan menuntun kita untuk semakin ingin tahu banyak dan memperdalam ilmu. Setelah memperoleh ilmu dari proses belajar langkah selanjutnya adalah mengamalkannya dan yang terakhir adalah istiqomah.
Terus bagaimana jika sebenarnya kita sudah mengetahuinya dan lantas tak mengamalkannya? Nah, disitulah keyakinan dan keimanan kita diuji (QS. AL-Ankabut:2-3) jika kita yakin dengan janjiNya maka sudah sewajarnyalah kita mengikuti aturan main yang telah ditentukanNya. Just “sami’na wa atho’na” kami mendengar dan kami taat. Tak perlu mencari alasan untuk terbebas dari aturanNya. Jika sudah yakin, mulailah untuk melakukannya sedikit demi sedikt yang lama-lama menjadi bukit alias menjadi terbiasa. Jika sudah terbiasa maka akan terasa aneh jika kebiasaan itu ditinggalkan.  

HidayahNya ternyata begitu dekat, tapi hati ini tak peka untuk menyadarinya, terlalu malas untuk memikirkannya, dan terlalu buta untuk memperhatikannya.

"Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan memfaqihkannya (memahamkan) dalam agama” [HR.Bukhari dan Muslim]


Kamis, 17 November 2016

Menangislah!



Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb Kami, Tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran: 191-192)
 
Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita ini, tidak ada yang terjadi secara kebetulan, semuanya atas izin Allah. Suatu contoh dan bahan renungan buat kita, bahwasanya segala yang ada baik di bumi, langit atau angkasa adalah ciptaanNya. Allah menciptakan makhluk mulai yang besar, seperti matahari, bumi bulan dan planet-planet, sampai makhluk yang kecil seperti semut, rerumputan hingga bakteri yang tidak kasak mata atau yang lebih kecil lagi yaitu sel. Tak ada satupun ciptaanNya yang sia-sia dan setiap kejadian itu ada hikmah yg terkandung dibaliknya. Untuk itu jangan terlalu gembira ketika mendapat nikmat dan jangan berputus asa ketika ditimpa cobaan dan ujian hidup karena sesungguhnya, Allah tidak menghendaki kesukaraan kepada hambanya. “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah: 185)
            Salah satu ciptaanNya adalah air mata, secara ilmiah air mata merupakan cairan bening yang mengandung sedikit natrium klorida yang berfungsi untuk membasahi kantung konjungtiva, membantu mengeluarkan debu atau kotoran, dan mengandung enzim lizozim yang membantu untuk membunuh bakteri yang masuk ke mata selain itu, air mata merupakan media untuk mengekspresikan perasaan atau emosi. Air mata akan mengalir tanpa sengaja jika kita berada dalam situasi tertentu seperti pada saat sedih, kecewa ataupun terharu bahagia. Seseorang akan menangis saat tak mampu lagi membendung perasaan tersebut.
          Selama ini banyak orang yang sering menasihati, “jangan menangis atau tak usah menangis!” Sebenarnya menangis tak seburuk itu kok. Menangislah! Justru sering-seringlah menagis. Orang-orang yang suka menangis sering kali dilabeli sebagai orang cengeng padahal tahukah kita kalau tangisan kita bisa bernilai ibadah? Tak apalah kita dibilang Cengeng yang penting cengengnya hanya untuk Sang Khalik saja bukannya cengeng terhadap makhlukNya.
Orang-orang yang gampang berderai air matanya ketika terharu mengingat dan merindukan Tuhannya, air mata itu akan melicinkannya menembus surga. Air mata yang tumpah karena menangisi dosa masa masa lalu akan memadamkan api neraka. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW:
‘‘Ada mata yang diharamkan masuk neraka, yaitu mata yang tidak tidur semalaman dalam perjuangan fisabilillah dan mata yang menangis karena takut kepada Allah SWT’’ (HR. Muslim).
“Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah selain dua tetesan dan dua bekas. Yaitu, tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang mengalir (saat jihad) di jalan Allah. Adapun dua bekas, yaitu bekas dari berjihad di jalan Allah dan bekas dari menunaikan salah satu kewajiban yang telah Allah tetapkan.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani)
Seorang Mukmin yang mengetahui keagungan Allah Azza wa Jalla dan hak-Nya, setiap dia melihat dirinya banyak melalaikan kewajiban dan menerjang larangan, dia khawatir dosa-dosa itu akan menyebabkan siksa Allah Azza wa Jalla kepadanya. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini-, maka lalat itu terbang”. (HR. at-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh al-Albâni rahimahullah)
Dewasa ini, kita lebih banyak menjupai di sekitar kita bahkan diri kita sendiri lebih banyak tertawa sampai terpingkal-pingkal bahkan sampai mengguling-guling. Rasulullah SAW bersabda: “Banyak tertawa itu dapat mematikan hati“. (HR. Ahmad). Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, kalian pasti akan sedikit tertawa dan banyak menangis“. (HR. Muttafaqun ‘Alaih). Lalu bagaimana tertawa yang dianjurkan dan dicontohkan oleh Rasulullah? Yaitu tertawa sejenis tabassum atau tersenyum. Karena tertawa yang paling baik adalah tabassum atau tersenyum. Dan senyum terhadap saudaramu adalah sedekah. Abdullah bin Harits mengatakan: “Tertawanya Rasulullah SAW hanya sekedar tersenyum“. (HR. Tirmidzi)

Wahai Saudariku, Begitu keraskah hati kita hingga tidak dapat menyesali perbuatan dosa yang telah kita lakukan? Begitu keraskah hati kita hingga tak mampu menyadari bahwa azab Allah sangat mengerikan? Begitu keraskah hati kita hingga tak mampu menghadirkan secuil saja rasa takut karena Allah di dalamnya? Sungguh hendaknya kita selalu memohon ampun kepada Allah. Mintalah pertolongan Allah dimanapun dan kapanpun, termasuk pertolongan agar dijauhkan dari kerasnya hati.

Menangislah…. 

Menangislah dengan syahdu.

Tangisi segala noktah-noktah hitam yang telah kita torehkan dalam dada ini. Tangisi begitu besar dosa yang telah kita timbun sementara kantung pahala kita belumlah terisi. Tangisi akan kehidupan akhirat kita yang telah menanti, keselamatan ataukah kejerumusan yang akan menghampiri.

Menangislah karena takut kepada Allah…

Jangan pernah sekalipun membiarkan mata ini berhenti menangis. Sesungguhnya dalam jasad ini terdapat banyak dosa. Dan anggota tubuh ini berhak untuk mendapatkan hukuman atas kesalahan yang telah ia lakukan.

Maka teruslah menangis…

Hingga diri ini sadar bahwa tak pantas bagi seorang muslim untuk menggores setitik dosa dalam buku amalnya.

*Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk kita semua terutama untuk diri saya sendiri.