Hmm.... Sungguh di setiap kejadian itu
senantiasa terselip hikmah dibaliknya, selama kita berkenan untuk meluangkan
sejenak waktu untuk memikirkannya. Contohnya saja pelajaran hari ini,
pelajaran dari sepanci makanan khas orang Bugis. "Palekko", begitulah
kami menyebutnya. Masakan berbahan dasar ayam/itik yang sungguh menggugah rasa,
menggoyangkan lidah dan membakar perut. Mungkin terdengar sedikit lebay tapi
begitulah adanya. Kali ini Palekkonya spesial made by mba Mah. Setelah
berjam-jam Si Mba bergelut dengan ayamnya akhirnya jadi juga masakan itu
daaaaan rasanya gilaaak!!! Bener-bener membakar perut! emang dasar wong jowo
mah dimana-mana gitu, GILA CABAI (-_-"). Walaupun begitu saya hantam lurus
aja, memakannya tanpa ragu meski dengan terisak-isak tapi tak membuat saya
menyerah dan tetap saja sensasinya terus mengundang rasa ketagihan, pengen lagi
dan lagi. Alhasil.... selang beberapa jam post coenam alias setelah
makan kambuhlah penyakit akibat induksi senyawa capsaicin. Apabila cabai
dimakan, senyawa-senyawa capsaicinoids berikatan dengan reseptor nyeri
di mulut dan kerongkongan sehingga menyebabkan rasa pedas. Kemudian reseptor
ini akan mengirimkan sinyal ke otak yang mengatakan bahwa sesuatu yang pedas
telah dimakan. Otak merespon sinyal ini dengan menaikkan denyut jantung, meningkatkan
pengeluaran keringat, dan melepaskan hormon endorfin (hormon kebahagiaan,
bede').
Efek samping cabai yang telah saya komsumsi telah menyebabkan
saya bolak-balik WC berkali-kali dan membuat saya sesaat menyesalinya dalam
hati dan juga telah berniat untuk tak akan mencobanya lagi tapi realitanya tak
sesuai rencana, itikad baik dalam hati ternyata terkalahkan oleh godaannya,
padahal sewaktu siang makanan itu sudah cukup menyiksa tetapi itu tidak juga
membuat saya jera untuk menyicipinya lagi dan lagi alhasil perut yang tadinya
sudah mendingan kembali bergejolak lagi di malam hari. Eits, sensasinya tidak
hanya berakhir sampai diperut aja loh tapi pas proses ekskresinya juga, senyawa
capsaicin terus saja berulah. Hikz... Hm... cukup sekian cerita tentang
tentang cabai dan belenggunya, selanjutnya kita bahas tentang hikmah dibalik
kejadian hari ini.
Setelah saya pikir-pikir dari kejadian hari ini saya dapat
mengambil kesimpulan kalau berbuat dosa itu ternyata ibarat makan palekko guys, kita tahu dan paham betul kalau
makanan itu ada cabainya, cabai bisa bikin kita kepedesan dan menimbulkan
penyakit tapi kita tetap saja tanpa mikir panjang langsung saja mengembatnya. Saat
kita memakannya kita sudah merasakan sensasi pedasnya muncul di mulut tapi
itu tak membuat kita untuk berhenti tapi malah membuat tambah ketagihan,
pengen lagi dan lagi. Pas selesai dimakan efek dari cabainyapun sudah terasa
dan jelas itu menurunkan kualitas hidup dan menyiksa dan bodohnya lagi, kita
mengulanginya lagi dan lagi padahal kita tahu memakan makanan pedas itu
menyimpang karena lebih banyak mudhoratnya dibandingkan manfaatnya apa lagi
kalau konsumsinya berlebihan. walaupun demikian, entah mengapa kita terus saja
terperdaya oleh godaan cabai yang menyuguhkan sensasi sesaat yang akan
menyisakan siksaan yang akan datang. Seperti halnya berbuat dosa, kita sudah
tahu kalau perbuatan itu adalah dosa dan jelas-jelas lebih banyak mudhoratnya
tapi kita tetap saja melakukannya bahkan dengan asyiknya mengulanginya lagi dan
lagi. Mungkin pernah ada niat untuk bertaubat dan tak mengulanginya lagi tapi
entah mengapa setan maha menggoda mengarahkan kita untuk terus saja terjerumus
ke dalamnya menikmatinya sesaat dan harus menanggung akibatnya. Nah, oleh
karena itu, sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu kita kudu mikir-mikir
dulu apa manfaat dan akibat yang bisa ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Jangan
pernah ragu untuk kembali ke jalan yang benar yaitu taubat dengan
sungguh-sungguh. Karena sesungguhnya Allah maha pengampun.
“Katakanlah:
“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar