Kamis, 15 Desember 2016

REALITA DIBALIK GADGET & MUSLIMAH MASA KINI



Gadget. Kata yang sudah tak asing lagi di telinga kita, bukan? Di era modernisasi ini siapakah yang tak kenal dengan gadget? Bahkan anak yang belum mengenal sekolah pun telah akrab dengannya dan telah menjadikannya sebagai teman bermain. Gadget merupakan perangkat elektronik inovasi terbaru yang ukurannya kecil, praktis dan bisa dibawa kemana-mana, contohnya hand phone, tablet atau note book. Bagi kebanyakan orang, tanpa adanya gadget dalam genggaman akan membuat hidup mereka terasa hampa alias mati gaya. Begitulah gadget telah merasuk ke dalam kehidupan manusia di zaman sekarang ini.
Dengan berbagai fitur yang ditawarkan oleh gadget, banyak kemudahan-kemudahan yang bisa kita peroleh. Kita dapat terhubung dengan semua orang dimana pun berada dengan media sosial, dapat mengakses banyak informasi dari internet serta dapat mendownload beragam aplikasi yang dapat menunjang aktivitas keseharian kita, tanpa terkecuali menjadi sarana dalam meningkatkan intensitas ibadah kita kepada Sang khaliq. Namun tak jarang juga gadget malah disalahgunakan untuk hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama. Gadget bagaikan pisau bermata dua, dibalik banyak manfaat yang diberikannya terdapat banyak pula mudhorat yang bisa ditimbulkannya. Sebagai seorang muslimah sejati, telah sepatutnyalah kita pandai-pandai dalam memanfaatkan gadget untuk mendulang pahala dan meminimalisir dampak buruk dari penggunaan gadget.
Berikut ini beberapa realita dibalik kekinian gadget. Khusunya di kalangan muslimah masa kini.

1.  High Resolution Camera for Selfie/grupie
High Resolution Camera for Selfie alias kamera buat berfoto-foto ria. Salah satu aplikasi dalam gadget  yang paling dikejar oleh kebanyakan wanita masa kini. Katanya sih gak gaul kalau belum bisa selfie. Selfie tentunya tidak dilarang, tapi yang dilarang itu kalau selfie-nya plus ekspose sana-sini yang dibumbuhi dengan rasa ujub dan turut dimeriahkan dengan kehadiran riya di hati. Apa lagi kalau fotonya grupie bareng teman-teman lawan jenis yang  bukan mahrom. Malah ada juga yang fotonya sambil pegang-pegangan. Astagfirullah...
2.  Social media for exist and up to date
Biasanya nih, kalau udah selfie tahap selanjutnya yaitu sharing melalui sosmed. sosmed alias sosial media bukan lagi sesuatu yang langkah di zaman sekarang ini. Setiap orang setidaknya mempunyai tiga akun sosmed dalam gadgetnya. katanya sih kalau punya akun sosial itu bisa bikin kita exist dan up to date dengan informasi terkini, tapi bisakah kita menjamin kalau apa yang kita bagikan di sosmed semuanya bermanfaat untuk followers kita, bisa jadi malah hanya memberikan pengaruh negatif yang sampai mengundang dosa bagi pembaca atau orang yang melihatnya. Maka bisa dibilang kita telah memperantarai suatu dosa bagi orang lain.
Lain halnya dengan yang ingin dibilang up to date, beruntung kalau yang di up date itu berita-berita yang bermanfaat bagi umat tapi jika hanya menghabiskan sampai berjam-jam di depan gadget hanya untuk meng-kepoi status-staus para artis atau menstalker seseorang yang lagi memikat hati, Itulah yang dibilang up to date yang salah kaprah. Betapa ruginya jika waktu kita terbuang untuk perihal semacam itu. Menurut Imam Syafi’i “Waktu ibarat pedang, jika kita tidak menebasnya maka ialah yang akan menebas kita. Jiwamu, jika tak kau sibukkan dengan kebaikan maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan”. So, take care your time!
3.  Komunikasi penghubung zina hati
Salah satu zina yang kita sering lalai terhadapnya adalah zina hati. Bisa jadi kehadirannya dianggap biasa saja. Padahal inilah permulaan terjadinya zina yang sebenarnya. Tanpa kita sadari kita sering melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Diantaranya yaitu via sms, telpon atau sosmed. Saat  di dunia nyata kita mati-matian menundukkan pandangan agar terhindar dari zina mata tapi dengan mudahnya kita membiarkan hati kita berzina dengan terus menjalin komunikasi dengan lawan jenis. Sejatinya tujuan Allah menciptakan hati hanyalah untuk menunjukkan cinta kapada-Nya. Maka seharusnya kita juga menjaga hati hanya untuk-Nya. Dialah cinta yang pertama dan yang paling utama dalam hati kita.
4. Penyambung atau pemutus silaturahmi?
Tidak bisa dipungkiri dengan adanya beragam aplikasi yang ada dalam gadget dapat membuat kita lupa waktu bahkan melupakan kebersamaan dengan keluarga dan orang-orang terdekat kita. Mendekatkan yang jauh dan menjauhakan yang dekat, begitulah realita yang ada. Bahkan banyak yang sampai mengacuhkan panggilan orang tua demi keasyikan bermain dengan gadgetnya. Masih mending jika itu adalah panggilan orang tua, bagaimana jika mengacuhkan panggilan Allah? Melewatkan lima waktu demi sesuatu yang tidak akan dibawa mati. Sesungguhnya pembeda antara seorang muslim dan kafir adalah perkara meninggalakan shalat. Tidak kah kita merasa takut dengan janji-Nya? Kekekalan dalam api neraka bagi orang-orang yang kafir.
5.  Sarana Mendownload Dosa
Pernah kita menyaksikan saudari kita sedang duduk berlama-lama di depan gadgetnya dengan sesekali mengangkat atau menggoyang-goyangkan gadgetnya? tahukah kita apa yang dibuatnya? ternyata mereka sedang  mencari letak jaringan koneksi yang paling kencang. Untuk apa gerangan? Jangan-jangan sedang mendownload film atau drama korea terbaru. Bisa jadi iya, lantas mengapa jika mereka hobi menonton film atau drama korea? Salahkah? Hm... Berdasarkan pendapat mantan penggila film atau drama korea yang telah insyaf, katanya sih, mereka merasa menyesal dengan hobi tersebut. Bayangkan saja berapa banyak waktu yang terbuang sia-sia saat mendownload dan menontonnya, belum lagi di dalamnya banyak terdapat adegan-adegan yang tidak pantas untuk ditonton. Rugi bukan? Apa lagi kalau nontonnya sembunyi-sembunyi. Kira-kira apa yang sedang diperbuatnya? Semoga prasangka kita salah terhadap mereka. Bisa jadi meraka yang sedang duduk di depan gadgetnya sedang mencari tugas kuliah atau sibuk berdakwah via sosmed atau mungkin sedang mengisi KRS kuliah. Yaah, begitulah seharusnya cara seorang muslimah dalam berprasangka terhadap saudarinya, setidaknya temukan seribu alasan dulu yang bisa membuat kita untuk berprasangka buruk terhadap saudari-saudari kita. 
Berdasarkan data dari nasional.republika.co.id pada tahun 2016, jumlah pemeluk muslim di Indonesia mencapai 85% dan tak bisa dipungkiri lebih dari setengah jumlah tersebut pastinya telah memiliki gadget. Jika setiap muslim khusunya muslimah di tanah air memanfaatkan gadgetnya untuk berdakwah dan menyiarkan kebaikan maka insyaa Allah Islam akan terus berjaya. Allahu Akbar!
Jika intensitas manusia bersama gadget menjadi semakin tinggi, tentunya dalam perspektif seorang Muslim, seluruh aktivitasnya haruslah bernilai ibadah. Tanpa gadget, ibadah tetap bisa lahir. Tentunya akan sangat merugi jika bersama kehadiran teknologi gadget justru menjadikan kualitas ibadah menurun, apalagi menurun tajam dan drastis. Jika tanpa gadget seorang manusia mampu beramal dengan tingkatan tertentu, seyogyanya, bersama gadget akan terlahir amalan ibadah yang luar biasa.
Wahai saudariku, sang perindu surga. Janganlah menunjukkan pencitraan yang islami di hadapan khalayak, mengumbar keimanan di mata makhluk-Nya tetapi dengan mudahnya bermaksiat dikala bersendirian yang hanya ada gadget di tangan. Sadarkah kita bahwa Dia, Allah SWT maha melihat dan maha mengetahui apa yang kita lakukan. STOP BROWSING yang tidak perlu! Perbanyak mengingat kematian, sesungguhnya yang paling dekat adalah kematian. Janganlah kita mebiarkan waktu kita berlalu tanpa ada kebaikan yang dilakukan. Jangan sampai barang yang paling ringan di bawa di dunia menjadi sesuatu yang memberatkan di akhirat. 

Itulah beberapa realita-realita yang sempat teramati, mungkin masih banyak realita yang lainnya, dan semoga realita yang lainnya adalah suatu kebaikan. Aamiin... 

Penghujung malam, 15 Rabiul Awal 1438H

Rabu, 07 Desember 2016

Pesan Tumming & Abu

Meman hidup ini simple, tidak neko-nekoji meman. Karena kita diciptakang dengang satu tujuang. IBADAH kepada ALLAH!
Perhatikangi inie, kalo mauki' bahagia;

Satu, jangki' suka pusingi hidupna oran, ka sama-sama jaki manusia. Kalo ada kekuranganna oran laing, wajarji kapang. Kita' banyak tonji kuranta. Jammiki caritai oran sampe busa-busa mulutta, apalagi pikirki sampe tidak bisaki tidur. Ka belum tentu juga napikirki, ato jangam-jangam tidak tong jaki nakenal bilang sapaki' njo mae.

Dua, biasayyamo gayata, penampilanta. Jammi kayak artis na tidak adapi sinetron kita' maini. Apalagi belum jaki pernah masuk tipi ato korang. Kalo di pesbukta tonjaki selalu selpi, kita' tonji like ki, kita' tonji komengki bilang "kerenka, cika, to?" Aih, pakereng-kereng ji itu namana.👎 Sederhanamo, yang penting bahagiaki'.

Tiga, jangki' lupa bahagia. Apa-apa nakasikanki Allah, sukuri. Ada dalam Al-Qur'an, sapa-sapa yang bersukur, natambai Allah rejekina. Ntu, bilang memangja, jangan suka mengeluh, jangan suka kapujiang, jangan suka katuru'-turukang. Bi yur selp, kun anta, jadi dirita'ki sendiri.

Empat, banyakna oran sukses kita' liat, to? Bukang karena heba' sekali itu, nah. Mauki' tau kenapa bisa? Karena mereka melangkah maju terus, tena najampangi oran-oran yang iri, dengki, cerewe' disekitarna. Oran-oran yang kalo gagalki', mappacidda'. Kalo berhasilki nabilangiki ,'ih bisana, apa are itu baca-bacana". Nakiraki kapang babi ngepet, na'udzubillah!

Ituji, Cika' mo kukasi' taukangki'. Ingatki nah, duniaji ini, janganki' mau napattol setang untuk berbuat yang tidak berguna, pakeki waktuta' bae-bae'. Heppi endingki', insyaAllah... 

Sabtu, 03 Desember 2016

Little Notes

Remember!
  • Selalu berusaha untuk mengingat Allah dimanapun berada, dikondisi apapun kita berada, disaat seperti apapun kita berada. Tak peduli, dengan pembicaraan orang-orang baik atau buruknya tentang kita. yang penting "saya melakukan ini dengan hasil kerja keras saya". 
  • Ketika kita ingin sekali menggapai sebuah impian, pastinya kita selalu mempunyai niat yang pertama, lalu kita terus berdo’a dan tak lupa terkadang merelakan waktu hanya demi impian tersebut. Tetapi, janganlah terlalu berharap untuk bisa menggapainya, karena jika impian itu tidak kita gapai, mungkin saja hati ini retak dan sangat kecewa. Kita akan terganggu sekali untuk beribadah kepada Allah, berbicara dengan kedua orangtua, teman, ataupun sahabat.

  • Kita harus fokus akan apa yang kita lakukan. Teruslah berkata dalam hati “bahwa saya sudah melakukan yang terbaik. saya tak peduli hasilnya bagaimana, yang saya fikirkan hanyalah semoga ini bisa membahagiakan diri saya dan orang lain!” ya, kita harus berkata seperti itu, tetap optimis dan tak boleh pesimis.
Masa depan itu nomor satu, masuk surga itu impian semua manusia. Hari ini adalah hari yang harus kita syukuri, karena kita diberi sebuah kesehatan oleh Allah, apakah esok hari kita bisa seperti hari ini? apakah kita bisa menyapa teman dan sahabat kita? apakah bisa mengungkapkan perasaan cinta terhadap seseorang? apakah yang paling utama bisa mencium tangan kedua orangtua? ataukah masih kita bisa membuka mata? yaa, kita memang tidak tau ada apa dengan hari esok, yang jelas kita harus selalu bersyukur, tak boleh menyerah, dan tetap tawakal dan berdo’a kepada Allah.

 Teruntuk Dek Mutia
Thx for ur support at the time.  It was just a little but so meaningful ^_^

Makassar, 15/07/13

Mengapa harus ILMU?


Ilmu adalah cahaya, ilmu adalah mulia, ilmu adalah menjadikan yang sulit jadi mudah, ilmu adalah mengangkat derajat manusia ketempat yang tinggi disisi Allah swt, sebagaimana Firman Nya dalam Surah Al-Mujadalah Ayat 11 :
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
"Allah Akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diatara kamu dan yang berilmu pengetahuan beberapa derajat"

Kata Imam Alghazali dalam kitab Minhajul 'Abidin :
الْعِلْمُ فىِ الصُّدُوْرِ كَالْمِصْبَاحِ فىِ الْبَيْتِ
"Ilmu yang ada dalam dada bagaikan lampu yang ada didalam rumah"


Al-Imam Asy-Syafi’I ra. pernah menggubah sebuah Sya'ir :
تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِمًا وَلَيْسَ أَخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاهِلُ
وَإِنَّ كَبِيْرَ الْقَوْمِ لاَ عِلْمَ عِنْدَهُ صَغِيْرٌ إِذَا الْتَفَّتْ عَلَيْهِ الْجَحَافِلُ
وَإِنَّ صَغِيْرَ الْقَوْمِ إِنْ كَانَ عَالِمًا كَبِيْرٌ إِذَا رُدَّتْ إِلَيْهِ الْمَحَافِل
“Belajarlah karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan berilmu, dan tidaklah orang yang berilmu seperti orang yang bodoh. Sesungguhnya suatu kaum yang besar tetapi tidak memiliki ilmu maka sebenarnya kaum itu adalah kecil apabila terluput darinya keagungan (ilmu). Dan sesungguhnya kaum yang kecil jika memiliki ilmu maka pada hakikatnya mereka adalah kaum yang besar apabila perkumpulan mereka selalu dengan ilmu".
 

Pribahasa mengatakan dengan Iman hidup akan terarah, dengan Taqwa hidup akan barakah, dengan seni hidup jadi indah, dan dengan ilmu hidup akan jadi mudah.

Suatu ketika Nabi Sulaiman disuruh pilih oleh Allah antara harta, tahta, dan ilmu…..nabi sulaiman menjatuhkan pilihannya kepada ilmu yang pada akhirnya berkat ia memilih ilmu... harta dan tahta pun diberikan oleh Allah.


Rasulullah Saw telah bersabda:
مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ مَنْ اَرَادَ اْلآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَ مَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
"siapa yang ingin dunia maka jawabannya adalah ilmu dan siapa yang menghendaki akhirat jawabannya adalah ilmu dan siapa yang menghendaki kedua-duanya jawabannya juga ilmu "


     Semakin banyak belajar, semakin rasa sesak di dada akan menyelimuti. Rasa sesalpun turut menggrogoti. Ilmu ini ternyata teramat dangkal.  Wajar saja jika diri ini tak mampu melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Anggapan miring terdahulu mengenai mereka pun kini terbantahkan sudah, semua karena ilmu. Ilmu membawa perubahan yg nyata pada pribadi seseorang. Pada akhirnya, Ilmu membuat diri ini paham akan arti keyakinan yang sesungguhnya. 
      Jangan sekalipun memandang aneh mereka yang berpenampilan berbeda, karena bisa jadi merekalah yang benar sedang kita yang belum tahu ilmunya dengan baik dan jangan pula memandang rendah mereka yang masih berkelakuan buruk karena bisa jadi hati mereka belum tersentuh oleh IlmuNya. Maka dari itu, sampaikanlah ilmu itu, walaupun hanya 1 ayat. Karena itu adalah kewajiban kita. Dan ingat, jangan hanya sibuk menilai orang lain! Tapi sibuklah memperbaiki diri sendiri.

Aku ingin jadi baik

Aku mungkin tak sebaik dia. 
Akupun tak sepintar dia.
Paraskupun pas-pasan. 
Mungkin aku hanyalah seonggok daging yang tak ada apa-apanya di matamu. Tapi, biarlah...

Aku adalah aku, 
dia adalah dia, 
aku bukan dia 
dan dia bukanlah aku.
Bukannya aku tak ingin dibandingkan, tapi aku sadar kau sungguh tak pantas menilaiku. Untuk apa memikirkan apa yg kau pikirkan tentangku? Apa yg kau pikirkan tentangku itu tak jadi beban pikiranku. Lantas pikirkupun berpikir kepada Sang pemberi pikiran. Sekarang yang kupikirkan adalah bagaimana Dia memikirkanku. Biarlah Dia yg menilai jalan pikiranku.

Biarlah aku terlihat buruk di matamu dan diluar ekspektasimu. Asal kau tahu, itu benar-benar tak lagi ada artinya bagiku. Aku hanya akan fokus padaNya sekarang, dengan mengabaikan semilir angin yang berlalu. Aku hanya ingin baik di mataNya. Yaaah... Aku sadari diri ini tak seperti mereka yg luar biasa, yang solehah, dan istiqomah. Tapi, setidaknya aku sudah punya iman di dada yang akan selalu menuntunku untuk terus memperbaiki diri. 

Aku hanyalah wanita biasa yang tak luput dari dosa dan hanya harapkan istiqomah. Cukup tahu itu saja.

Senin, 28 November 2016

Lelaki terhebat

Perhatian, penyayang, rela berkorban, pekerja keras, tegas namun terkadang terlihat garang dan sosoknya yang bijak menjadikannya sebagai panutan yang sangat aku kagumi.

Dialah AYAH... salah satu sumber kebahagiaan dalam duniaku. Ayah bukan orang yang pandai menangis, jika harus menangis itu pasti untuk sesuatu yang sangat berarti. Ayah juga selalu menyembunyikan perasaan lelahnya akan semua yang dijalaninya. Dia mungkin juga tak pandai mengucapkan kata-kata sayang, akan tetapi dia hebat dalam membuktikannya dengan tindakan. Dengan segala kekurangannya, dia selalu berusaha yg terbaik untuk anak-anaknya. Entah berapa ratus kali ayah menyembunyikan letih yang sungguh luar biasa menyakitkan. Mungkin ayah bisa berbohong bahwa semua baik-baik saja, tetapi tidak dengan mata itu. Mata itu menggambarkan derita yang ayah lalui siang dan malam hanya untuk memperjuangkan hidup keluarga, akan tetapi ayah tidak menghentikan langkah itu sedikitpun. Semua itu semata-mata untuk memberikan anaknya harapan hidup yang lebih baik, agar dunia ini tak mengejek buah hatinya.

Untuk semua perjuanganmu dan air mata yang  pernah engkau teteskan untuk ku waktu itu, membuatku akan tetap berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik untuk membuat ayah bangga dan bahagia. Terkadang aku jenuh dan lelah dalam menghadapi beragam problema dalam hidup ini tapi saat mengingat Ayah, seketika rasa jenuh dan lelah itu terlupakan.

Aku tahu ayah paling tak bisa melihatku susah, sakit atau bersedih... 
Aku tahu... jika aku terluka, ia lebih terluka, jika aku sakit, ia lebih sakit lagi dan saat aku susah maka ia pun ikut merasakan kesedihan. Semampuku akan ku jaga diri ini agar tetap baik-baik saja, semua untuk ayah. Pada akhirnya aku mengerti bahwa doa yang ayah panjatkan di setiap waktunya, itulah yang akan memelukku dengan hangat dan menjagaku di manapun aku berada, menjauhkanku dari tipu daya dunia yang penuh ilusi ini.

Terima kasih ayah, untuk setiap pengorbanan dan kasih sayang yang  engkau berikan. Bahkan setiap keringat yang menetes dari tubuhmu adalah sumber kehidupan untukku. Maaf karena aku sering kali menjadi beban untukmu, Tapi ayah, sepanjang hidupku aku akan selalu mengingat semua perjuangan yang ayah lakukan, meski sampai kapanpun aku tidak akan pernah mampu membalasnya.


Antara akhlak, jilbab dan postingan

Allah telah katakan dalam Al-quran bahwasanya setiap manusia itu memiliki potensi baik dan potensi buruk. 

Aku? Hanya wanita biasa yang masih dalam kategori 'belum baik'.

Jilbabku? Iya, jilbabku panjang menutupi dada. 

Akhlak-ku? Iya, ini aku sedang berusaha keras untuk menjadi lebih baik dari hari-hari kemarin. 

Postinganku? Iya, aku hanya ingin berusaha utk menebar benih-benih kebaikan, aku juga ingin pahala dariNya. Postinganku juga sebagai pengingat untuk diri yg banyak dosa ini. Jika tak kau temukan kesamaan antara postingan dan akhlak-ku, tolong lihat kembali kalimat awal pada tulisan ini. Atau aku ulang kembali bahwasanya setiap manusia itu memiliki potensi baik dan potensi buruk. Dan sebaik baiknya manusia adalah ia yang meminta ampun atas segala kesalahan yang diperbuat. Jika tak kau temukan kesamaan antara akhlak dan jilbabku, jangan sekali kali salahkan jilbabku. Jilbab ini tak salah, karena ini adalah suatu keharusan seorang wanita muslim. Sekali lagi aku ulangi, setiap manusia itu memiliki potensi baik dan potensi buruk. Dan sebaik baik manusia adalah ia yang meminta ampun atas segala kesalahan.


CC: @tausiyahmuslimah

Minggu, 27 November 2016

Sang Penyemangat

Dengan segala kemampuan yg kau punya, kau kembali ajarkan bagaimana memandang dunia yg selalu terasa timpang ini. Saat kekalahan demi kekalahan berkembang biak, dengan sigap kau genggam diri ini, melintasi sudut-sudut keelokan demi keelokan agar aku tak selamanya tersesat.

Pangkep, 30/12/10

Sabtu, 26 November 2016

Debarku

Dia muncul di relung hati
Entah mengapa dan bagaimana
Membisik, merasuk, mengusik
Membungkam seribu bahasa

Kelu lisan sontak merajai
Seraya tatap saling beradu
Merona rupa tersirat malu
Menggandeng riuh getaran qalbu

Tahukah dia?
Hadirnya tak ku nafikan
Dia memang ada
Menghiasi dalam diam
Tak perlu dipertanyakan
Sudah jelaslah ada dia

Tahukah dia?
Ada rindu diakhir jumpa
Mengundang bayangnya
di pelupuk mata
Angan yang telah berkelana
biarkan saja merana
Hingga temukan jawabannya

Tahukah dia?
Sensasi itu menyiksa
Rasanya tak semanis gula
Serasa mengacam jiwa
Seolah membuat gila

Ingin ku bunuh rasa ini,
Sungguh, aku benci
Gejolak rasa yg tak henti
Ku inginkan dia pergi
Menghilang bagaikan buih

Salahkah aku?
Jawab:

Kamis, 24 November 2016

MENGAPA?

Mengapa baru sekarang?
Mengapa rasa sesak di dada baru menyelimuti?
Mengapa rasa malu itu terlalu lama bersembunyi?
Mengapa rasa iri itu baru terasa?
Mengapa?

Mimpi-mimpi indah itu sungguh mempesona
Terperdaya aku dibuatnya hingga terlena
Namun saat ku buka mata ternyata tak satupun yang nyata
semuanya hanyalah fatamorgana belaka
Mengapa?

Ku hanyut dalam keacuhan dan kearogansian jiwa
Hingga ku tenggelam ke dasar lautan dosa  
Dalam benak berkata, mengapa dulu engkau tak tergugah?
Duh, kudapati diri ini tersesat dalam lembah Jahiliyah...
Mengapa?

Ku tersadar di satu masa
Saat kutahu usiaku tak lagi muda
Betapa banyak waktuku sia-sia
Demi euforia dunia nan hina
Kukerahkan semua daya dan upaya
Demi kehidupan singkat yang penuh tipu daya
Mengapa?


Keluarlah wahai air mata duka
Bangunkanlah sanubari yang enggan terbuka
Biarkan saja berkecamuk melepas gundah
Mengiringi jingga melangit senja

Belajarlah!
Berusahalah!
Berikan ruang untuk merasa salah
Bangkitkan semangat untuk berubah
Kerahkan hati dan raga untuk beribadah
La tansa, keep istiqomah...

Masa lalu hanya untuk dikenang, Tidak untuk diulang



 Air itu datang lagi membanjiri pipi dan meluapkan rentetan kenangan masa lalu yang menyesakkan dada. Di tengah-tengah lantunan ayatNya, tetiba masa lalu itu terlintas memadamkan suara, terlebih lagi saat kembali memaknai apa yang ada dihadapan mata, semakin terisak rasanya. Seperti teriris sembilu yang merasuk hingga ke qalbu.
Betapa bodohnya diri ini beberapa tahun silam, Saat mereka yang begitu taat berada sudah sangat dekat, sedangkan hati ini tak jua terketuk. Hanya sibuk dibuai oleh kesibukan duniawi, mungkin saat itu diri ini terlalu terpaku dengan dunianya sendiri tanpa menyadari kalau setiap orang sebenarnya punya kesibukannya masing-masing dan jelaslah mereka pastinya juga punya kesibukan duniawi yang harus dilakukan tapi mereka tidak menuhankan kesibukan dunianya.
Sungguh malu diri ini, sungguh iri diri ini... penyesalan demi penyesalan yang kian menerjang tak ada lagi gunanya semanya telah berlalu, setidaknya nafas masih di dalam jiwa, masih ada waktu untuk berubah. Semoga Allah senantiasa menjaga hati ini dalam ketaatan dan agamaNya. Sungguh berislam itu indah, sungguh aturanNya itu yang terbaik, sungguh akan bahagia dan tentram rasa hati saat berkumpul bersama mereka yang dekat denganNya.
Kita tahu bahwa kita sesama muslim memiliki kewajiban yang sama dan mempunyai waktu yang sama pula yang bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Terus apa yang membuat diri ini tak berpikir untuk melakukan apa yang mereka lakukan? Padahal tujuan kita sama, ingin bahagia merasakan nikmat surgaNya. Bukankah Allah menyeru kita untuk Fastabiqul khairat? Katanya ingin bahagia dunia dan akhirat? Tapi kok sudah diberi petunjuk (Al-quran & hadits) diri ini masih gitu-gitu aja? Seolah acuh dan merasa masih punya banyak waktu di dunia. Sebenarnya apa yang menghalangi kita untuk taat? Setelah dipikir-pikir ternyata selain lingkungan yang mendukung, ternyata faktor utama yang membuat diri ini bisa berubah adalah keyakinan dan ketentraman yang mendalam yang dirasakan oleh hati yang berasal dari hasil berpikir dan mengamati dengan menggunakan akal yang telah dianugerahkan oleh Allah sebagai modal spesial manusia di dunia. Setelah kita telah berpikir dan mengamati selanjutnya adalah belajar. Tentunya kita harus belajar, bagaimana mungkin kita dapat mengetahui aturan-aturanNya,  jika kita tidak ada niat untuk mempelajarinya. Semakin kita belajar maka rasa keyakinan itu semakin berkembang yang akan menuntun kita untuk semakin ingin tahu banyak dan memperdalam ilmu. Setelah memperoleh ilmu dari proses belajar langkah selanjutnya adalah mengamalkannya dan yang terakhir adalah istiqomah.
Terus bagaimana jika sebenarnya kita sudah mengetahuinya dan lantas tak mengamalkannya? Nah, disitulah keyakinan dan keimanan kita diuji (QS. AL-Ankabut:2-3) jika kita yakin dengan janjiNya maka sudah sewajarnyalah kita mengikuti aturan main yang telah ditentukanNya. Just “sami’na wa atho’na” kami mendengar dan kami taat. Tak perlu mencari alasan untuk terbebas dari aturanNya. Jika sudah yakin, mulailah untuk melakukannya sedikit demi sedikt yang lama-lama menjadi bukit alias menjadi terbiasa. Jika sudah terbiasa maka akan terasa aneh jika kebiasaan itu ditinggalkan.  

HidayahNya ternyata begitu dekat, tapi hati ini tak peka untuk menyadarinya, terlalu malas untuk memikirkannya, dan terlalu buta untuk memperhatikannya.

"Siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan memfaqihkannya (memahamkan) dalam agama” [HR.Bukhari dan Muslim]